Hari ini Hari Anak Nasional, tetapi Bu Tuti sedang pusing tujuh keliling. Pasalnya, anaknya yang berusia sebelas tahun tampak semakin tambun. Sebelum pandemi, dokter sudah mengingatkan jika ia beresiko kegemukan (overweight). Kini, setahun lebih setelah Belajar Dari Rumah (BDR) karena pandemi Covid-19, baju seragam sekolahnya benar-benar sudah tidak muat. Sekarang, mau tak mau Bu Tuti harus lebih gencar mengajak anaknya berolahraga dan mengurangi cemilan tak sehat.
Mens sana in corpore sano Kita mungkin sudah sangat sering mendengar jargon diatas. Apabila jargon bahasa latin tersebut diterjemahkan secara harfiah akan menjadi “a healthy mind in a healthy body” yang berarti “jiwa yang sehat didalam tubuh yang sehat”. Ya, di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Contoh sederhana, ketika kita mengalami sakit gigi, batuk, flu, dan sebagainya, secara tidak langsung akan memengaruhi perilaku kita. Kadang kita menjadi malas berbicara, malas keluar rumah, atau bahkan menjadi mudah marah dan gelisah. Meskipun kesehatan fisik bukan satu-satunya faktor penentu kesehatan jiwa, akan tetapi contoh tersebut menunjukkan bahwa kesehatan fisik mempengaruhi kesehatan jiwa.
Beberapa tahun terakhir mungkin kita mengenal beberapa agenda kegiatan olahraga out door yang menjadi trend di kalangan masyarakat, misalnya lomba bersepeda santai atau fun bike, jalan santai bersama keluarga, atau lari dengan sitilah Ten-K (berjarak 10 kilometer), dsb. Kegiatan olahraga out door yang berada di alam terbuka dikenal dengan istilah Sport Tourism yakni olahraga yang dikombinasikan sekaligus memperkenalkan atau promosi wisata disuatu negara atau daerah. Sebenarnya ada dua jenis sport tourism yakni hard sport tourism dan soft sport tourism.
Masih tercatat dalam berbagai berita media kita, pesan apa yang disampaikan presiden Joko Widodo pada peringatan Hari Olahraga Nasional ke 37 tahun 2020. Dari sekian pesan yang disampaikan, salah satunya Jokowi mengingatkan pentingnya menjadikan olahraga sebagai bagian keseharian masyarakat Indonesia.
Salah satu langkah penting penataan sistem penyelenggaraan pemerintahan yang baik, efektif dan efisien, sehingga dapat melayani masyarakat secara cepat, tepat, dan profesional adalah reformasi birokrasi. Berbagai kendala yang dihadapi antara lain penyalahgunaan wewenang, praktek Korupsi, Kolusi Nepotisme, dan lemahnya pengawasan. Sebagai gambaran, hingga saat ini Indonesia masih menjadi salah satu negara yang memiliki masalah besar di bidang pemberantasan korupsi.
Tim Evaluator Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara-Reformasi Birokrasi (PANRB) menyampaikan hasil rekomendasi atas potret Reformasi Birokrasi dan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pemuda dan Olahraga Tahun 2020 pada Jumat (29/01). Evaluasi tersebut dilaksanakan secara virtual dan diikuti oleh tim pokja seluruh satuan kerja di Kementerian Pemuda dan Olahraga.