Jakarta - Peran Juru Bahasa Isyarat (JBI) semakin mendapat perhatian dalam berbagai kegiatan yang melibatkan komunitas disabilitas di Indonesia. Tidak hanya sebagai fasilitator komunikasi, juru bahasa isyarat juga menjadi simbol inklusi dan kesetaraan bagi penyandang disabilitas, terutama bagi mereka yang memiliki hambatan pendengaran.
Jakarta - Peran Juru Bahasa Isyarat (JBI) semakin mendapat perhatian dalam berbagai kegiatan yang melibatkan komunitas disabilitas di Indonesia. Tidak hanya sebagai fasilitator komunikasi, juru bahasa isyarat juga menjadi simbol inklusi dan kesetaraan bagi penyandang disabilitas, terutama bagi mereka yang memiliki hambatan pendengaran.
Dalam acara-acara resmi, seperti Festival Olahraga Disabilitas yang diselenggarakan oleh Kemenpora RI pada 21 Juli 2024, yang dihadiri oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo serta Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga Kemenpora Rudy Sufahriadi, kehadiran juru bahasa isyarat sangat krusial.
Dengan adanya juru bahasa isyarat, informasi dan instruksi yang diberikan selama acara dapat diakses oleh semua peserta tanpa terkecuali. Hal ini membantu memastikan bahwa semua peserta, termasuk mereka yang memiliki gangguan pendengaran, dapat berpartisipasi secara penuh dan merasakan pengalaman yang setara dengan peserta lainnya.
Ismi, Juru Bahasa Isyarat kegiatan Festival Olahraga Disabilitas Kemenpora, menyampaikan pentingnya kehadiran JBI pada berbagai acara di Indonesia, bahkan pada acara dengan peserta yang bukan disabilitas sekalipun. "JBI sangat penting di acara seperti ini. Biar anak-anak mengerti apa maksud terselenggaranya acara ini. Sehingga mereka tidak hanya hadir secara fisik, namun juga paham alasan mengikutinya", ucap Ismi.
"Bahkan jika peserta acaranya bukan disabilitas pun, juga perlu adanya JBI, agar kita sesama manusia dapat saling belajar cara berkomunikasi dengan mereka yang memiliki disabilitas menggunakan bahasa isyarat", tambah Ismi yang juga merupakan seorang guru di SLB di Jakarta.
Dengan menyediakan juru bahasa isyarat, penyelenggara acara menunjukkan komitmen mereka terhadap inklusi dan penghormatan terhadap hak-hak penyandang disabilitas. Ini juga mendorong partisipasi aktif dari penyandang disabilitas dalam berbagai diskusi dan kegiatan, sehingga mereka dapat menyampaikan pendapat dan kontribusinya.
Komitmen untuk menyediakan juru bahasa isyarat dalam berbagai kegiatan apalagi kegiatan yang melibatkan disabilitas menunjukkan langkah positif menuju inklusi yang lebih baik. Ini adalah bagian dari upaya yang lebih luas untuk memastikan bahwa setiap individu, terlepas dari disabilitasnya, dapat berpartisipasi penuh dalam kehidupan sosial dan profesional. Dengan demikian, masyarakat Indonesia dapat bergerak menuju masa depan yang lebih inklusif dan berkeadilan bagi semua. (Uc)