Tantangan dan Solusi Gender Equality dalam Olahraga Dibahas pada FGD Hasil SOMS-15

Sebagai tindak lanjut dari hasil kegiatan Senior Officials Meeting on Sport (SOMS) ke-15 yang dihadiri oleh Kemenpora selaku delegasi SOMS dari Indonesia pada 14-16 Oktober 2024 di Vinh Phuc, Vietnam, Kemenpora menggelar kegiatan Focus Group Discussion (FGD) pada Selasa, 12 November 2024 di Hotel Ambhara.

Tantangan dan Solusi Gender Equality dalam Olahraga Dibahas pada FGD Hasil SOMS-15 Nura, perwakilan dari NOC memaparkan tentang tantangan mewujudkan gender equality dalam olahraga

Jakarta: Sebagai tindak lanjut dari hasil kegiatan Senior Officials Meeting on Sport (SOMS) ke-15 yang dihadiri oleh Kemenpora selaku delegasi SOMS dari Indonesia pada 14-16 Oktober 2024 di Vinh Phuc, Vietnam, Kemenpora menggelar kegiatan Focus Group Discussion (FGD) pada Selasa, 12 November 2024 di Hotel Ambhara.

Kegiatan ini dihadiri oleh delegasi SOMS Indonesia beserta para stakeholder yang terdiri dari perwakilan dari NOC Indonesia, Strong Sister, Kementerian Luar Negeri dan KemenkoPMK. Rangkaian kegiatan FGD antara lain membahas hasil pertemuan SOMS-15, berbagai tantangan yang dihadapi di bidang olahraga, salah satunya isu kesetaraan gender (gender equality) dalam olahraga hingga inovasi dan bentuk kerjasama di bidang olahraga yang bisa dibangun antar negara Asia Tenggara.

Dalam diskusi, topik yang diangkat antara lain masih banyak tantangan yang harus diatasi untuk mencapai kesetaraan gender dalam olahraga, seperti stereotip gender, kurangnya fasilitas yang memadai untuk perempuan, dan diskriminasi dalam pemilihan pelatih dan ofisial.

Seperti yang disampaikan Zavnura Pingkan, perwakilan dari NOC Indonesia bahwa perlu adanya perhatian dari pemerintah dalam memberikan hak olahraga yang setara bagi kaum wanita."Kalau bisa, khususnya untuk atlet wanita, mereka tetap bisa mendapatkan hak yang sama dengan atlet pria. Baik dari sisi pembinaan, fasilitas maupun funding."ujar Nura.

Nura juga menyatakan perlunya membentuk kanal pengaduan untuk melindungi atlet dari serangan cyber seperti hoax atau fitnah di ranah digital.

"Perlu juga berkolaborasi dengan kementerian lain, misal Komdigi untuk membentuk kanal laporan untuk para atlet, supaya para atlet bisa terlindungi dari fitnah atau hoax di media sosial." tambah Nura. 

Senada dengan yang dipaparkan Zavnura Pingkan, fenomena adanya diskriminasi dukungan olahraga terhadap perempuan juga turut diangkat oleh Angga Prananda Bakti, selaku Analis Kebijakan Ahli Madya pada Asisten Deputi Olahraga Masyarakat. "Dari hasil SOMS memang banyak ditemukan di negara ASEAN banyak orang tua yang masih melarang anak perempuan untuk beraktivitas olahraga, sehingga perlu dibuat kebijakan yang juga mengatur kesetaraan dalam berolahraga." terang Angga.

SOMS merupakan forum yang terdiri dari negara-negara Asia Tenggara yang berfokus pada pengembangan olahraga di kawasan ASEAN yang diinisiasi oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga. Hasil pertemuan SOMS akan menjadi indikator dalam menentukan upaya serta implementasi pengembangan olahraga sesuai dengan ASEAN Work Plan on Sports 2021-2025.(nt)

BAGIKAN :
PELAYANAN