Perjuangan Tina, Seorang Ibu dengan Anak Penyandang Tuna Grahita

Jakarta - Perjuangan Ibu Tina untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi putranya, Nicholas (15), seorang anak laki-laki dengan tuna grahita, kiranya dapat memberikan inspirasi bagi banyak orang. Meski menghadapi berbagai tantangan, cinta dan keteguhan hatinya telah membantu Nicholas tumbuh menjadi anak yang lebih percaya diri.

Perjuangan Tina, Seorang Ibu dengan Anak Penyandang Tuna Grahita Ibu Tina sedang Menemani Nicholas Mengikuti Festival Olahraga Disabilitas Kemenpora pada 21 Juli 2024 di Lapangan Badminton Kemenpora (Dok: yn)

Jakarta - Perjuangan Ibu Tina untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi putranya, Nicholas (15), seorang anak laki-laki dengan tuna grahita, kiranya dapat memberikan inspirasi bagi banyak orang. Meski menghadapi berbagai tantangan, cinta dan keteguhan hatinya telah membantu Nicholas tumbuh menjadi anak yang lebih percaya diri.

Sejak kecil, Nicholas menghadapi kesulitan dalam menyesuaikan diri di sekolah umum. Ia menjadi korban bully, yang membuat rasa percaya dirinya hancur. Melihat keadaan anaknya, Ibu Tina tidak tinggal diam. Ia segera berkonsultasi dengan psikolog dan psikiater untuk mendapatkan bantuan profesional bagi Nicholas.

"Dulu Nicholas sangat takut untuk berinteraksi dengan teman-temannya. Saya tahu, saya harus melakukan sesuatu agar ia bisa berkembang," kata Tina. Dengan terapi yang tepat dan dukungan penuh dari ibunya, perlahan namun pasti, Nicholas mulai menunjukkan perkembangan positif.

Ketika Nicholas berusia 8 tahun, Tina memperkenalkannya pada olahraga renang. Aktivitas ini ternyata sangat disukai Nicholas. Ia merasa bebas dan bahagia saat berada di dalam air, dan hal ini juga membantu meningkatkan rasa percaya dirinya. "Renang menjadi terapi yang luar biasa bagi Nicholas. Kalau ketemu air, dia paling pede," tambah Tina.

Meskipun keluarga sempat mengalami kesulitan untuk menerima keadaan Nicholas, namun Tina tetap yakin bahwa putranya bisa mandiri. "Karena Saya ibunya, Saya tidak tahu hingga kapan bisa menemani Nicholas, harapan saya cuma satu, dia bisa mandiri. Sehingga kalau nanti ga ada saya, dia bisa sendiri," ungkap Tina dengan mata yang berkaca-kaca.

Festival Olahraga Disabilitas yang diadakan oleh Kemenpora menjadi salah satu momentum penting bagi Nicholas. Tina merasa sangat senang bisa mengikutsertakan Nicholas dalam acara tersebut. Nicholas pun tampak antusias, semangat dan percaya diri saat berpartisipasi dalam atletik. "Saya senang ikut kegiatan Festival Olahraga Disabilitas yang diadakan oleh pemerintah karena ini menjadi wadah bagi Nicholas untuk berkembang lebih baik lagi," ujar Tina dengan penuh semangat.

Perjuangan Tina sebagai seorang ibu yang memiliki anak dengan disabilitas memang tidak mudah. Ia harus berhadapan dengan banyak tantangan, baik dari dalam keluarga maupun lingkungan sekitar. Namun, semangat dan cinta yang tak pernah pudar telah membuahkan hasil yang membanggakan.

"Menjadi orangtua yang memiliki anak dengan disabilitas memang tidak mudah. Harus terus semangat," pesan Tina, berharap cerita perjuangannya dapat memberikan inspirasi dan kekuatan bagi orangtua lain yang berada dalam situasi serupa. Perjuangan Tina dan perkembangan Nicholas adalah bukti bahwa dengan dukungan, cinta, dan ketekunan, setiap anak bisa mencapai potensi terbaiknya. (Uc/Tb)

BAGIKAN :
PELAYANAN